Kalau dia menghubungiku nanti, aku harus jujur padanya. Ini tidak bisa aku lanjutkan ".
Gumamku dalam hati seraya berjalan ke arah rumahku yang tak jauh dari rumah tetanggaku.
Bagiku rumah itu jadi salah satu saksi awal takdir kami dipersatukan.
Sesampainya di rumah, Ibuku menanyakan dimana seseorang yang telah aku temui tadi dan bertanya kenapa aku tidak mengajaknya masuk.
Aku hanya bisa menjelaskan pada ibuku kalau aku sudah menyuruhnya pulang,setelah dia mengeluhkan rasa kantuknya.
Setelah menjawab beberapa pertanyaan dari ibuku, aku pun beranjak ke lantai atas menuju kamarku dan langsung menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur, hingga aku lupa untuk menaruh tasku.
Sambil berbaring, aku terus berpikir bagaimana cara mengungkapkan bahwa aku tidak bisa lagi melanjutkan hubungan yang lebih dari pertemanan.
Kuambil ponsel, lalu menyandarkan bahuku pada tumpukan bantal yang berada tepat di belakangku. Dan jariku mulai mencari nomor seseorang yang akan aku hubungi.
" Kalo udah nyampe, hubungi aku " , isi pesan yang aku kirim untuk Rian.
Sambil menunggu balasan pesan yang aku kirim, aku putuskan untuk mandi lalu berganti pakaian.
Satu jam sudah berlalu, aku masih menunggu pesan balasan dari Rian sambil bersantai di tempat tidur.
" Tringgg ", aku langsung mengambil ponsel yang aku letakkan di sampingku.
" Aku udah nyampe ", rupanya itu pesan balasan dari Rian.
Dengan rasa cemas dan bingung karena tidak tahu harus berkata apa, akhirnya aku memberanikan diri untuk berkata jujur tanpa basa-basi.
" Maaf bukan maksud mau bikin kamu sakit hati, tapi aku mau kita temenan aja ".
Pesan pun langsung aku kirimkan. Dengan perasaan yang tidak karuan, aku masih memandangi ponselku dengan harapan dia segera membalasnya.
Beberapa menit kemudian ponselku kembali berdering. Dengan sigap aku membaca pesan balasan darinya. Setelah aku membaca nya, aku cukup tercengang setelah membaca pesan balasan yang dia kirim.
" Iyah gak apa-apa ".
Hanya itu jawaban yang dia kirim. Tanpa ada sepatah kata pun pertanyaan yang muncul darinya. Aku pikir dia akan bertanya apa alasanku sampai mengirim pesan seperti itu untuknya.
Karena dia hanya menjawab itu saja, akhirnya aku berinisiatif untuk bertanya apakah dia merasa sakit hati karena permintaanku.
Jawaban yang dia berikan lagi-lagi membuat aku bertanya-tanya.
" Apa sebelumnya dia gak bener-bener anggap aku lebih dari sekedar temannya?"
Pertanyaan itu yang tiba-tiba muncul dari pikiranku,setelah aku mendengar jawaban darinya yang menjelaskan bahwa dia tidak sedikit pun merasa sakit hati ataupun kecewa.
" Maaf aku mau kita temenan aja, soalnya aku masih belum bisa lupain masa laluku !"
Aku mencoba menjelaskan semua nya karena dia masih tidak bertanya kenapa aku bisa setega itu.
" Jadi selama sebulan aku cuma dijadiin pelarian dong? Haha gak apa-apa ko ".
Membaca balasan pesannya membuat aku jadi merasa bersalah.
" Sekali lagi maaf, jadi kita tetep temenan kan?"
Itu pesan terakhir yang aku kirim untuknya,dan dia pun mengiyakan permintaanku.
Setelah hari itu, aku merasakan ada hal yang aneh. Hari-hariku mendadak seperti sepi, padahal suasana dirumahku selalu ramai.
Aku mulai sering mengecek ponselku, tapi tidak ada satu pesan dari siapapun. Biasanya setiap jam dua belas selalu ada pesan masuk, iyah pesan dari Rian. Dia selalu menghubungiku di sela-sela jam istirahat kerjanya.
Tapi kali ini berubah, tidak ada satu pesan pun darinya. Tanpa disadari aku seperti merasa kehilangan dia.
Seminggu telah berlalu, aku semakin merindukan dia. Perhatian yang selalu dia berikan meski hanya sekedar lewat pesan singkat, kini tak ada lagi.
Sudah beberapa hari ini aku terbaring lemah karena penyakit asam lambungku kembali kumat. Makanan enak pun tidak terasa lezat di lidahku. Aku mulai mengeluhkan rasa bosanku karena hanya bisa berbaring di tempat tidur.
" Tringgg ", ponselku berbunyi, aku pikir itu hanya pesan dari operator, tapi ternyataaa...
" Kamu lagi sakit ?" Isi pesan yang baru saja dikirim oleh seseorang.
" Dari Rian !" Dengan girang,aku langsung membalasnya.
" Kenapa kamu tahu ?"
Aku pun balas bertanya karena aku masih terheran dari mana dia bisa tahu kalau aku sedang sakit.
" Ibu kamu yang ngasih tau, katanya kamu sakit gara-gara selama seminggu gak ada pesan dariku ".
Belum sempat aku membalasnya, aku langsung berlari kelantai bawah untuk mencari ibuku.
Rupanya ibu ku tengah asik menonton siaran televisi favoritnya.
" Ibu, kapan ibu mengubungi Rian?" ,Tanyaku sambil masih memegang ponsel.
Setelah mendapatkan jawaban dari ibuku. Muncul rasa malu, bahagia, sekaligus sedikit ada rasa kesal juga.
Rupanya diam-diam ibuku selalu memperhatikan gerak-gerikku. Tanpa bertanya, insting keibuanya bisa langsung memahami apa yang sedang terjadi pada anaknya.
Sebelum pesan dari lelaki itu menghilang selama satu minggu, ibuku selalu memperhatikanku senyum-senyum sendiri saat sedang saling berbalas pesan dengan Rian. Tapi setelah itu aku terlihat murung di mata ibuku.
Aku pun berlari ke kamarku lagi.
" Maaf, Ibuku diem-diem ambil ponsel saat aku tidur ". Balasku dengan perasaan yang semakin campur aduk.
" Emang bener yah sakit cuma karna itu?"
Aku menjawab tidak, karena kalau aku jujur, entah bakalan semerah apa wajahku yang saat ini pun sudah seperti kepiting rebus.
" Masa sihh, hayo ngaku aja?" Goda nya yang membuat aku semakin malu.
Setelah kejadian yang memalukan karena ulah usil ibuku. Akhirnya kami mulai sering berkomunikasi lagi, tapi hanya sebagai teman,tidak lebih.
Satu bulan telah berlalu,kami kembali semakin dekat. Rasa nyaman diantara kami mulai tumbuh kembali.
Seperti yang sudah-sudah. Tanpa ada ungkapan rasa "aku sayang kamu, mau gak jadi pacar aku lagi", kami akhirnya kembali menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Sejenak aku berpikir, ini aneh. Awal dia datang di kehidupanku, aku tengah merasakan sakit, dan untuk kedua kalinya, disaat aku sakit, dia datang kembali. Lagi- lagi tanpa aku sadari, rasa sakit pun seperti menghilang hanya karena aku mendapatkan pesan singkat darinya.
Satu tahun berlalu, kali ini aku mulai benar-benar tulus menjalani hubungan dengannya. Kami pun mulai sering bertemu. Dia juga begitu sangat memperhatikanku.
Sore hari saat sedang hujan,tepat di hari ulang tahunku, diam-diam dia memberikan kejutan untukku dengan membawa kue yang dia beli bersama adik perempuanku.
Rupanya ibu dan adikku terlibat dalam rencana kejutan yang dia buat untukku. Padahal dua hari sebelum ulang tahunku, dia membelikan aku sebuah boneka beruang. Lucu memang, di ulang tahun yang ke 19 aku masih mendapatkan sebuah boneka.
Hal kecil itu membuat aku terkesan. Bagaimana tidak, pada hari itu dia baru saja pulang dari tempat kerjanya, tapi masih menyempatkan memberi kejutan untukku.
Semakin lama kita menjalani hubungan, perhatian itu semakin dia tunjukkan. Saat dia mengetahui aku sedang sakit, perhatian yang dia tunjukkan bukan hanya lewat pesan, tapi juga lewat tindakkan.
" Aku lagi sakit, maag ku kambuh ", keluhku.
" Aku pulang jam 8 malem, nanti pas aku kerumah kamu, kamu harus udah siap. Kita ke dokter ".
Mataku terbelalak melihat isi pesan yang dia kirim. Aku hanya berniat memberitahu kalau aku sedang kurang sehat, tapi respon dia sungguh diluar dugaan.
*Bersambung*
Tunggu cerita selanjutnya, dan terimakasih sudah membaca 🤗
No comments:
Post a Comment